TERUMBU KARANG
Ahmad Yafi
18.01.021.005
Fakultas Teknobiologi Program Studi Bioteknologi
Bioteknologi Terumbu Karang
Universitas Teknologi Sumbawa
Terumbu
karang adalah ekosistem di laut yang terbentuk oleh biota luat penghasil kapur
khususnya jenis-jenis karang batu dan alaga berkapur, bersama dengan biota lain
yang hidup di dasar lautan. Terumbu karang adalah ekosistem bawah laut yang
terdiri dari sekelompok binatang karang yang membentuk struktur kalsium
karbonat, semacam batu kapur, ekosistem ini menjadi habitat hidup berbagai
satwa laut. (Risnandar, 2015, para. 1).Terumbu karang adalah struktur di dasar
laut berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh
hewan karang. Terumbu karang merupakan ekosistem dinamis dengan kekayaan
biodiversitanya serta produktivitas tinggi, karena itu terumbu karang mempunyai
peran yang signifikan.
Terdapat
dua jenis karang, yaitu karang keras (hard coral)
dan karang lunak (soft coral).
Karang lunak (soft coral)
tidak bersimbiosis dengan alga, bentuknya seperti tanaman (Risnandar, 2015).
Karang keras (hard coral) merupakan endapan masif kalsium karbonat (CaCO3)
yang dihasilkan dari organisme karang pembentuk terumbu karang dari filum
Coridaria, Ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan Zooxanthellae dan
sedikit tambahan alga berkapur serta organisme lain yang mensekresikan kalsium
karbonat.
ANATOMI KARANG
Gambar 1. Anatomi Karang (Sumber Jurnal)
Karang
atau disebut polip memiliki bagian-bagian tubuh terdiri dari
1. Mulut
dikelilingi oleh tentakel yang
berfungsi untuk menangkap mangsa dari perairan serta sebagai alat pertahanan
diri.
2. Rongga tubuh (coelenteron) yang juga merupakan saluran pencernaan
(gastrovascular)
3. Dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis yang lebih umum disebut
gastrodermis karena berbatasan dengan Gambar 1. Anatomi polip karang saluran pencernaan. Di antara kedua lapisan terdapat jaringan pengikat tipis yang disebut mesoglea. Jaringan ini terdiri dari sel-sel, serta kolagen, dan mukopolisakarida. Pada sebagian besar karang, epidermis akan menghasilkan material guna membentuk rangka luar karang. Material tersebut berupa kalsium karbonat (kapur).
CARA
MAKAN
Karang memiliki dua
cara untuk mendapatkan makan, yaitu
1.
Menangkap zooplankton yang melayang
dalam air.
2.
Menerima hasil fotosintesis
zooxanthellae.
Ada
pendapat para ahli yang mengatakan bahwa hasil fotosintesis zooxanthellae yang
dimanfaatkan oleh karang, jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan proses
respirasi karang tersebut (Muller-Parker & D’Elia 2001). Sebagian ahli lagi
mengatakan sumber makanan karang 75-99% berasal dari zooxanthellae (Tackett
& Tackett, 2002).
Ada dua mekanisme
bagaimana mangsa yang ditangkap karang dapat mencapai mulut:
1.
Mangsa ditangkap lalu tentakel membawa
mangsa ke mulut
2.
Mangsa ditangkap lalu terbawa ke mulut
oleh gerakan silia di sepanjang tentakel
REPRODUKSI KARANG
Seperti hewan lain,
karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi
aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan gamet jantan
(sperma) dan gamet
betina (ovum). Pada reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk polip/koloni
baru melalui pemisahan potongan-potongan tubuh atau rangka. Ada pertumbuhan
koloni dan ada pembentukan koloni baru
Reproduksi
seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma dan ovum
(fertilisasi). Sifat
reproduksi ini lebih komplek karena selain terjadi fertilisasi, juga melalui
sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan baru kemudian
pertumbuhan dan pematangan).
Reproduksi Aseksual
ASEKSUAL |
Dalam membahas reproduksi aseksual,
perlu dipisahkan antara pertumbuhan koloni dengan pembentukan koloni baru |
|
Pertunasan |
Terdiri
dari: Intratentakular
yaitu satu polip membelah menjadi 2 polip; jadi polip baru tumbuh dari polip
lama Ekstratentakular
yaitu polip baru tumbuh di antara polip-polip lain
|
Jika
polip dan jaringan baru tetap melekat pada koloni induk, ini disebut
pertambahan ukuran koloni. jika
polip atau tunas lepas dari koloni induk
dan membentuk koloni baru,
ini baru disebut reproduksi aseksual |
Fragmentasi |
Koloni baru terbentuk oleh patahan
karang. Terjadi terutama pada karang bercabang, karena cabang mudah sekali
patah oleh faktor fisik (seperti ombak atau badai) atau faktor biologi
(predasi oleh ikan). Patahan (koloni) karang yang lepas dari koloni induk,
dapat saja menempel kembali di dasaran dan membentuk tunas serta koloni baru.
|
Hal
itu hanya dapat terjadi jika patahan karang masih memiliki jaringan hidup |
Polip
bailout |
Polip baru terbentuk karena tumbuhnya
jaringan yang keluar dari karang mati. Pada karang yang mati, kadang kala
jaringan-jaringan yang masih hidup dapat meninggalkan skeletonnya untuk
kemudian terbawa air. Jika kemudian menemukan dasaran yang sesuai, jaringan
tersebut akan melekat dan tumbuh menjadi koloni baru |
|
Partenogenesis |
Larva tumbuh dari telur yang tidak
mengalami fertilisasi |
|
Reproduksi Seksual
Karang
memiliki mekanisme reproduksi seksual yang beragam yang didasari oleh penghasil
gamet dan fertilisasi.
Gambar 2. Siklus Reproduksi Seksual
Karang (Sumber Jurnal)
Siklus reproduksi karang secara umum adalah sebagai berikut:
Telur & spema dilepaskan ke kolom air (a) fertilisasi menjadi zigot terjadi di permukaan
air
(b) zygot berkembang menjadi larva planula yang
kemudian mengikuti pergerakan air . Bila menemukan dasaran yang sesuai, maka
planula akan menempel di dasar (c) planula akan tumbuh menjadi polip (d) terjadi
kalsifikasi (e) membentuk koloni karang (f) namun karang
soliter tidak akan membentuk koloni
Pola
Penyebaran Terumbu Karang di Indonesia
Indonesia
adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai lebih dari 95.000
km dan memiliki lebih fari 17.000 pulau. Estimasi luas terumbu karang Indonesia
sekitar 51.000 km2. Luas terumbu karang tersebut belum mencakup
terumbu karang di wilayah terpencil yang belum dipetakan atau berada di perairan
agak dalam. Sebanyak 51% terumbu karang di Asia Tenggara dan 18% terumbu karang
di dunia berada di perairan Indonesia (Burke et al, 2002).
Gambar 3 . Peta penyebaran terumbu karang dunia (Sumber: WRI.org)
Referensi
Burke, Lauretta, Liz Selig WRI, and Mark Spalding. Reefs at risk in Southeast Asia. 2002.
Muller-Parker, G. dan C.F. D’Elia. 2001. Interaction Between Corals and Their Symbiotic Algae. Dalam: Birkeland, C. (ed.) 2001. Life and Death of Coral Reefs. Chapman & Hall, New York: 96-113.
Tackett,
D.N. & L. Tackett. 2002. Reef Life:
Natural History and Behaviors of Marine Fishes and Invertebrates. T.F.H.
Publications, Inc., New Jersey: 224 hlm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar