Kamis, 19 November 2020

        TERUMBU KARANG

Ahmad Yafi

 18.01.021.005

Fakultas Teknobiologi Program Studi Bioteknologi

Bioteknologi Terumbu Karang 

Universitas Teknologi Sumbawa

Terumbu karang adalah ekosistem di laut yang terbentuk oleh biota luat penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan alaga berkapur, bersama dengan biota lain yang hidup di dasar lautan. Terumbu karang adalah ekosistem bawah laut yang terdiri dari sekelompok binatang karang yang membentuk struktur kalsium karbonat, semacam batu kapur, ekosistem ini menjadi habitat hidup berbagai satwa laut. (Risnandar, 2015, para. 1).Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Terumbu karang merupakan ekosistem dinamis dengan kekayaan biodiversitanya serta produktivitas tinggi, karena itu terumbu karang mempunyai peran yang signifikan.

Terdapat dua jenis karang, yaitu karang keras (hard coral) dan karang lunak (soft coral). Karang lunak (soft coral) tidak bersimbiosis dengan alga, bentuknya seperti tanaman (Risnandar, 2015). Karang keras (hard coral) merupakan endapan masif kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan dari organisme karang pembentuk terumbu karang dari filum Coridaria, Ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan Zooxanthellae dan sedikit tambahan alga berkapur serta organisme lain yang mensekresikan kalsium karbonat.

 

ANATOMI KARANG




            Gambar 1. Anatomi Karang (Sumber Jurnal)


Karang atau disebut polip memiliki bagian-bagian tubuh terdiri dari

1.         Mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa dari perairan serta sebagai alat pertahanan diri.

2.         Rongga tubuh (coelenteron) yang juga merupakan saluran pencernaan

(gastrovascular)

3.         Dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis yang lebih umum disebut

      gastrodermis karena berbatasan dengan Gambar 1. Anatomi polip karang saluran pencernaan. Di antara kedua lapisan terdapat jaringan pengikat tipis yang disebut mesoglea. Jaringan ini terdiri dari sel-sel, serta kolagen, dan mukopolisakarida. Pada sebagian besar karang, epidermis akan menghasilkan material guna membentuk rangka luar karang. Material tersebut berupa kalsium karbonat (kapur).

CARA MAKAN

 

Karang memiliki dua cara untuk mendapatkan makan, yaitu

1.    Menangkap zooplankton yang melayang dalam air. 

2.    Menerima hasil fotosintesis zooxanthellae. 

 

Ada pendapat para ahli yang mengatakan bahwa hasil fotosintesis zooxanthellae yang dimanfaatkan oleh karang, jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan proses respirasi karang tersebut (Muller-Parker & D’Elia 2001). Sebagian ahli lagi mengatakan sumber makanan karang 75-99% berasal dari zooxanthellae (Tackett & Tackett, 2002).

 

Ada dua mekanisme bagaimana mangsa yang ditangkap karang dapat mencapai mulut:

1.    Mangsa ditangkap lalu tentakel membawa mangsa ke mulut

2.    Mangsa ditangkap lalu terbawa ke mulut oleh gerakan silia di sepanjang tentakel 

 

REPRODUKSI  KARANG

Seperti hewan lain, karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dan seksual.

 

Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan gamet jantan

(sperma) dan gamet betina (ovum). Pada reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk polip/koloni baru melalui pemisahan potongan-potongan tubuh atau rangka. Ada pertumbuhan koloni dan ada pembentukan koloni baru

Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma dan ovum

(fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih komplek karena selain terjadi fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan baru kemudian pertumbuhan dan pematangan).

 

Reproduksi Aseksual

 

ASEKSUAL

Dalam membahas reproduksi aseksual, perlu dipisahkan antara pertumbuhan koloni dengan pembentukan koloni baru

Pertunasan

Terdiri dari:

Intratentakular yaitu satu polip membelah menjadi 2 polip; jadi polip baru tumbuh dari polip lama 

Ekstratentakular yaitu polip baru tumbuh di antara polip-polip lain

 

Jika polip dan jaringan baru tetap melekat pada koloni induk, ini disebut pertambahan ukuran koloni.

jika polip atau tunas lepas dari koloni induk dan membentuk koloni

baru, ini baru disebut reproduksi aseksual  

Fragmentasi

Koloni baru terbentuk oleh patahan karang. Terjadi terutama pada karang bercabang, karena cabang mudah sekali patah oleh faktor fisik (seperti ombak atau badai) atau faktor biologi (predasi oleh ikan). Patahan (koloni) karang yang lepas dari koloni induk, dapat saja menempel kembali di dasaran dan membentuk tunas serta koloni baru.

 

Hal itu hanya dapat terjadi jika patahan karang masih memiliki jaringan hidup

Polip bailout

Polip baru terbentuk karena tumbuhnya jaringan yang keluar dari karang mati.

Pada karang yang mati, kadang kala jaringan-jaringan yang masih hidup dapat meninggalkan skeletonnya untuk kemudian terbawa air. Jika kemudian menemukan dasaran yang sesuai, jaringan tersebut akan melekat dan tumbuh menjadi koloni baru

 

Partenogenesis

Larva tumbuh dari telur yang tidak mengalami fertilisasi

 

 

 

Reproduksi Seksual

 

Karang memiliki mekanisme reproduksi seksual yang beragam yang didasari oleh penghasil gamet dan fertilisasi.

 

Gambar 2. Siklus Reproduksi Seksual Karang (Sumber Jurnal)

 


Siklus reproduksi karang secara umum adalah sebagai berikut:

Telur & spema dilepaskan ke kolom air (a)  fertilisasi menjadi zigot terjadi di permukaan air (b)  zygot berkembang menjadi larva planula yang kemudian mengikuti pergerakan air . Bila menemukan dasaran yang sesuai, maka planula akan menempel di dasar (c)     planula akan tumbuh menjadi polip (d)          terjadi  kalsifikasi (e)  membentuk koloni karang (f) namun karang soliter tidak akan membentuk koloni 

 

 

Pola Penyebaran Terumbu Karang di Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai lebih dari 95.000 km dan memiliki lebih fari 17.000 pulau. Estimasi luas terumbu karang Indonesia sekitar 51.000 km2. Luas terumbu karang tersebut belum mencakup terumbu karang di wilayah terpencil yang belum dipetakan atau berada di perairan agak dalam. Sebanyak 51% terumbu karang di Asia Tenggara dan 18% terumbu karang di dunia berada di perairan Indonesia (Burke et al, 2002).



 

Gambar 3 . Peta penyebaran terumbu karang dunia (Sumber: WRI.org)





Referensi

Burke, Lauretta, Liz Selig WRI, and Mark Spalding. Reefs at risk in Southeast Asia. 2002.

    Muller-Parker, G. dan C.F. D’Elia. 2001. Interaction Between Corals and Their Symbiotic       Algae. Dalam: Birkeland, C. (ed.) 2001. Life and Death of Coral Reefs. Chapman & Hall, New York: 96-113.

     Tackett, D.N. & L. Tackett. 2002. Reef Life: Natural History and Behaviors of Marine Fishes  and Invertebrates. T.F.H. Publications, Inc., New Jersey: 224 hlm.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar